27.9 C
Jakarta
Sat, 30 November 2024
SRM Bands

Instagram | Spotify | Apple Music | Youtube

Sejarah The Brandals terdengar seperti cerita klise industri musik: Band yang telah melalui naik turun-nya roda waktu. Dijlilat popularitas diatas lalu dilindas rentetan tragedi hingga nyaris tumbang.

Dikepung kontroversi, dimusuhi media, pergantian personil, ditinggal penggemar, ditinggal wafat personil, konflik internal, dll. Kalau The Brandals hanya band Rock standar, pasti sudah lama rontok dan bubar.

Tapi yang membedakan unit asal Jakarta ini adalah semangat spartan pantang menyerah. Terus merangkak untuk berusaha berdiri dan melakukan apapun yang mereka suka dengan cara sendiri. Secara independen. Tanpa ada campur tangan pihak lain.

Awalnya dibentuk Desember 2001 oleh almarhum Rully Annash (drum) dan Bayu Indrasoewarman (gitar) bersama Edo Walad menjadi vokalis dalam band The Motives. Formasi ini dilengkapi Tony Dwi Setiaji (gitar) dan Dody Widyono (bass) yang membuat demo 3 lagu kental dengan pengaruh The Strokes & The Hives. Sayangnya Edo harus keluar dan digantikan Eka Annash, kakak dari Rully di awal 2003.

Setelah mengganti nama menjadi The Brandals, putaran kreativitas menjadi lebih produktif dan intens. Membawa pengaruh akar persilangan Punk Rock, Blues dan Rock n Roll. Mulai dari Jimi Hendrix, David Bowie, The Cramps The Rolling Stones, The Clash, Velvet Underground, New York Dolls, Bo Diddley, Chuck Berry & Sex Pistols.

Membawa misi sebagai kaca sosial untuk publik Jakarta, The Brandals mulai menjelajahi berbagai panggung. Konsep serangan verbal kepada penonton mengundang keributan di setiap penampilan dan dilarang tampil oleh banyak otorita serta media. Dari kondisi kritikal ini lahir album debut The Brandals* yang fenomenal di ujung tahun 2003.

*#77 – 100 All Time Best Indonesian Album on Rolling Stone Magazine 2007.

Tahun 2005 dirilis album ke-2 Audio Imperialist yang sukses memberi sorotan skala nasional lewat single seperti 24:00 Lewat. Memasuki 2007 setelah perilisan album Brandalisme sayangnya Bayu & Doddy memilih keluar untuk fokus kepada keluarga dan pekerjaan. Gitaris PM Mulyadi dan basis Radit Syaharzam bergabung membawa penyegaran sekaligus perubahan konsep musik menjadi lebih eksperimental dan visionaris yang disajikan dalam album DGNR8 (2011).

2014 The Brandals memutuskan vakum, tapi tragedi besar menghantam ketika Rully Annash wafat di 27 November 2015. Setelah bangkit di 2016 dibantu Firman Zaenudin (drummer Teenage Death Star), kembali aktif di sirkuit festival dan berbagai panggung. Akhir 2018, setelah absen 7 tahun, dirilis single Retorika yang mendapat respon positif dari penggemar dan media. Diujung tahun 2020 gitaris Tony Dwi Setiaji memutuskan mundur untuk konsentrasi ke karir musik pribadinya.

Memasuki akhir 2020 dan 2021 dimulai perilisan rentetan single baru seperti The Truth Is Coming Out (Okt 2020), Belum Padam (Maret 2021) dan single terakhir Preambule (Nov 2021) sebagai jembatan menuju album baru ‘Era Agressor’ yang dirilis Desember 2021 sebagai penanda babak baru dalam perjalanan karir The Brandals.